[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

LOMBA TUMPENG: Ketua Dies Natalis ke-40 UWKS, Basa Alim Tualeka (kedua dari kiri) bersama tim juri lomba membuat replika Candi Penataran, Jumat (28/5) kemarin di Bangsal Pancasila. (K9/IST)

SURABAYA, Klik9.Com – Dalam rangkaian Dies Natalis ke-40, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) menggelar lomba membuat replika Candi Penataran dari nasi tumpeng, Jumat (28/5/2021) kemarin di Bangsal Pancasila. Peserta adalah perwakilan fakultas, biro, lembaga dan UPT UWKS.

Lomba nasi tumpeng dibuka oleh Wakil Rektor IV Hubungan Kerja Sama, Dr Ir Endang Noerhartati MP, didampingi oleh Ketua Dies Natalis Dr Drs Basa Alim Tualeka MSi.

Baca Juga  Berbekal Prestasi Kejurnas INKAI, Dua Atlet Ranting Airlangga Siap Rebut Emas Kejurprov FORKI Jatim 

Sementara itu, Candi Penataran sendiri merupakan simbol UWKS. Kemudian, dalam acara tersebut, mengambil tema, UWKS Berkebudayaan dan Berkemajuan.

Endang Noerhartati mengatakan bahwa setiap nasi tumpeng yang dibuat mengandung filosofi, yang mencerminkan keagungan candi yang dibingkai dalam Kewijayakusumaan.

Dalam kesempatan itu, Dekan FISIP, Drs H Sucahyo Tri Budiono MSi menambahkan, kalau lomba membuat replika candi dari nasi tumpeng ini, rangkaian kegiatan Dies Natalis UWKS yang kelima windu.

“Masing-masing peserta menunjukkan kreativitasnya dalam membentuk candi, yang tentunya itu adalah tantangan tersendiri,” tutur Cahyo, biasa disapa.

Baca Juga  Ini Aksi Momentum Kelulusan SMA Al Muslim

Diketahui, UWKS mengambil Candi Penataran sebagai simbol karena filosofinya, disebutkan dahulu kala tradisi pendidikan Majapahit itu berada di Candi Penataran, yaitu tempat untuk mendidik para calon kesatria Majapahit.

“Kemudian tradisi inilah yang kini diboyong oleh UWKS. Adalah UWKS sebagai tempat untuk mendidik para mahasiswa dari Nusantara dengan beragam ras, suku dan budaya,” terangnya.

Replika candi dalam nasi tumpeng yang dilombakan memiliki beraneka filosofi, seperti tumpeng bermakna “yen metu kudu mempeng”, yang bermakna harus bersemangat, yakin, fokus dan tidak mudah putus asa.

Baca Juga  FAJI Jatim Siap Gelar Kejurnas Arung Jeram 2022 Probolinggo

Ayam ingkung bermakna khusuk (manekung) dengan hati yang tenang (wening). Telur rebus berwarna putih dan kuning bermakna tindakan yang dilakukan terencana dengan baik.

Aneka macam sayuran bermakna kesuburan dan kemakmuran. Pisang raja melambangkan keberhasilan dalam meraih cita-cita.

Acara berlangsung meriah dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Dan berdasarkan hasil penjurian, lomba dimenangkan oleh Fakultas Teknik, Fakultas Kedokteran Hewan dan Biro Administrasi Umum.

“Selamat untuk para pemenang, masing-masing pemenang mendapatkan hadiah uang tunai jutaan rupiah dari panitia Dies Natalis UWKS,” timpal Basa Alim Tualeka. (ads/erl/har)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *