
SURABAYA, Klik9.com – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), bergerak cepat mengantisipasi lonjakan harga komoditas pangan, khususnya cabai dan bawang merah, menjelang Nataru.
Sebagai langkah proaktif, Pemkot Surabaya menggelar gerakan tanam cabai dan bawang serentak yang melibatkan berbagai pihak. Mulai masyarakat umum hingga kelompok tani di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jambangan, Jalan Jambangan Kebon Agung, Rabu (20/8/2025).
Kepala DKPP, Antiek Sugiharti mengatakan bahwa inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Urban Farming Competition yang telah berjalan sebelumnya. Gerakan ini bukan hanya sebatas seremonial, tetapi sebuah strategi nyata untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga di pasar.
“Pagi ini tadi, tim TPID membuat kegiatan tindak lanjut. Jadi, Urban Farming Competition itu adalah gerakan menanam cabai dan bawang merah,” kata Antiek.
Mengawali program ini dengan penanaman 1100 bibit cabai secara serentak di lahan aset milik pemkot. Penanaman ini bersama dengan MBR dan anggota TPID. Selain itu, Pemkot juga mendistribusikan bibit cabai dalam jumlah besar kepada masyarakat.
“Kita membagikan kepada seluruh masyarakat melalui kecamatan, kelurahan, RW, dan RT sebanyak 25.000 bibit. Bibit-bibit tersebut diharapkan dapat ditanam di pekarangan rumah, lahan kosong, atau di lingkungan sekitar. Sehingga setiap keluarga bisa secara mandiri memenuhi kebutuhan cabai skala kecil,” jelasnya.
Tidak berhenti di sana, Pemkot Surabaya juga memberikan dukungan kepada kelompok tani. Sekitar 6.000 bibit membagikan kepada kelompok tani konvensional maupun urban farming. Antiek menerangkan, mendorong kelompok tani konvensional untuk menanam cabai dan bawang merah di lahan sawah mereka yang lebih luas. Sementara kelompok urban farming memanfaatkan lahan terbatas di sekitar rumah mereka.
“Kelompok tani, baik konvensional maupun urban farming juga sudah mulai melakukan pembibitan dan penanaman secara mandiri sejak beberapa hari sebelumnya. Dengan demikian, kami berharap, tiga bulan ke depan, pada Desember sudah bisa melakukan panen,” terangnya.
Antiek menegaskan bahwa upaya ini adalah langkah antisipasi terhadap pola tahunan, di mana permintaan cabai dan bawang cenderung meningkat drastis menjelang perayaan Nataru. Kenaikan permintaan ini biasanya berujung pada lonjakan harga yang signifikan.
Dengan program tanam serentak, Pemkot Surabaya berharap pasokan dari lahan milik pemerintah, kelompok tani, dan pekarangan warga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar daerah.
“Sehingga di bulan Desember tidak terjadi kenaikan yang signifikan terkait dengan harga cabai di pasaran Surabaya. Ini merupakan salah satu strategi TPID untuk mengendalikan inflasi, selain upaya menjaga pasokan dari daerah asal. Dengan memberdayakan masyarakat dan kelompok tani, kebutuhan rumah tangga skala kecil bisa terpenuhi dari hasil panen sendiri, mengurangi tekanan pada pasar,” pungkasnya. (*/red)






















