[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

Harmoko, Menteri Penerangan Era Presiden Soeharto Tutup Usia

JAKARTA, Klik9comInnalillahi wa innailaihi rojiun. Telah berpulang ke Ramatullah Bapak H Harmoko bin Asmoprawiro, Minggu malam (4/7/2021) tadi, pukul 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.

Kabar meninggalnya Harmoko tersebar cepat lewat WhatsApp Grup (WAG). Mantan Menteri Departemen Penerangan (sekarang Kemenkominfo) ini dinyatakan wafat beberapa saat setelah tiba di IGD RSPAD Gatot Subroto.

Harmoko sendiri merupakan mantan Ketua DPR/MPR RI di penghujung rezim Soeharto selama 32 tahun. Ia dikenal sebagai sosok orang dekat sekaligus tokoh yang meminta Soeharto agar mundur dari jabatan presiden pada masa krisis moneter 1998.

Berkarir sebagai jurnalis hingga menjadi politikus terkenal bangsa Indonesia, jejak pergulatan Harmoko di dunia wartawan selama 23 tahun mengantarkannya menjadi menteri penerangan zaman Presiden Soeharto.

Dilansir dari media daring, Harmoko juga menjadi politikus dan Ketua MPR RI yang sekaligus sebagai aktor meminta Soeharto mundur dari jabatan presiden karena desakan rakyat Indonesia kala krisis ekonomi moneter.

Harmoko menjadi Menteri Penerangan Republik Indonesia pada era Orde Baru selama 3 periode berturut-turut dari tahun 1983 hingga tahun 1997. Selain itu, pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 7 Februari 1939 itu juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun.

Baca Juga  Makam Tokoh Nasional Tjuk Kasturi Sukiadi Dipindahkan ke Blitar

Karirnya sebelum terjun di dunia politik, pada awalnya Harmoko merupakan seorang wartawan dan kartunis di Harian Merdeka dan Majalah Merdeka setelah lulus dari sekolah menengah. Kemudian pada tahun 1964 mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ini juga pernah menjadi wartawan di Harian Angkatan Bersenjata.

Satu tahun berselang, kariernya semakin menanjak. Selain menjadi wartawan di Harian API, Harmoko juga dipercayakan sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar berbahasa Jawa, Merdiko. Lalu, pada tahun 1966 hingga 1968, ia pun menjadi penanggung jawab Harian Mimbar Kita.

Dan tepat pada16 April 1970 bersama rekan-rekannya, Harmoko mendirikan Harian Pos Kota. Dalam rezim kepemimpinannya, oplah Post Kota meningkat hingga mencapai 200.000 eksemplar pada tahun 1983.

Kredibelitas Harmoko membuatnya dilirik Presiden Soeharto hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983. Selama menjabat sebagai menteri, dapat dikatakan Harmoko menjadi salah satu orang kepercayaan ke-2 Presiden Soeharto.

Baca Juga  Tanam Kurma di Komplek Masjid Kota Bima Jaga Stok Buah Lokal

Harmoko dianggap mampu menerjemahkan gagasan-gagasan Soeharto kala itu. Bahkan, Ia juga pencetus ide Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa) yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pemerintah ke publik.

Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini juga sosok dibalik pembredelan Tempo, DeTik, dan Editor dengan tujuan demi kestabilan pemerintahan.

Sebagai sosok yang bergelut dengan pers, sebetulnya ia paham pembredelan sangat menyakitkan. Namun, apa boleh buat itu adalah perintah.

Menjelang Pemilihan tahun 1998, Presiden Soeharto sebetulnya sudah berniat mundur. Tapi, Harmoko tetap mendukungnya untuk melanjutkan pemerintahan. Namun, setelah kembali terpilih, ternyata gejolak akibat krisis moneter semakin menjadi hingga terjadi kerusuhan Mei 1998.

Hal tak terduga terjadi tanggal 18 Mei 1998. Harmoko mengeluarkan keterangan pers dan meminta supaya Presiden Soeharto mundur. “Demi persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR baik Ketua maupun Wakil Ketua, mengharapkan presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan bijaksana,” ucap Harmoko.

Hal tersebut yang membuat ketegangan antara keluarga Cendana (Soeharto) dan Harmoko. Mereka pun tidak pernah bertatap muka lagi, hingga tahun 2008, Harmoko menjenguk Soeharto di RSPP dan menjadi pertemuan yang terakhir sebelum Soeharto meninggal.

Baca Juga  Kolaborasi Sukseskan Vaksinasi Covid-19 bagi Awak Media

Setelah tumbangnya Orde Baru (Orba) dan lahirnya Era Reformasi nama Harmoko tak muncul lagi dalam aktivitas politik. Tak lama muncul, Harmoko mulai aktif kembali dengan dunia lamanya, yakni tulis-menulis. Harmoko sesekali menulis di kolom Ngopi Pos Kota.

Pada tahun 2016, Harmoko mengalami penurunan kesehatan karena kerusakan saraf motorik otak belakang. Harmoko berjuang untuk memulihkan kesehatannya yang memasuki usianya ke-77 tahun. (*)

Jejak karir Harmoko:

  • Wartawan dan Kartunis Harian Merdeka (1960)
  • Wartawan Harian Angkatan Bersenjata (1964)
  • Wartawan Harian API (1965)
  • Pemred Harian Merdiko (1965)
  • Pendiri Harian Pos Kota (1970)
  • Pemimpin dan Penanggung Jawab Harian Mimbar Kita (1966-1968)
  • Menteri Penerangan Indonesia (1983-1997)
  • Ketua Umum Golkar (1993-1998)
  • Ketua DPR RI (1997-1999)
  • Ketua MPR RI (1997-1999)

Dikutip dari Kontrastime.com, sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.co.id dengan judul, Tutup Usia, Ini Profil Harmoko Menteri Era Soeharto: Meniti Karier dari Jurnalis hingga Politisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Nanya?