BANGKALAN, klik9.com – Dalam tiga hari terakhir, kabar tentang kepala bayi di Bangkalan lahir dengan kepala terputus menyeruak di tengah masyarakat. Itu setelah seorang wanita dalam rekaman video menyebutkan sebagai seorang ibu yang melahirkan, atas nama Mukarromah.
Video rekaman berdurasi 6 menit itu kemudian diunggah sebuah akun Instagram dengan judul, “EXCLUSIVE, keterangan korban dugaan malapraktik di Puskesmas Kedungdung Bangkalan”.
Di awal rekaman, Mukarromah menyebutkan nama dan sebagai ibu yang melahirkan setelah ditanya seorang pria.
Mukarromah mengungkapkan, ia awalnya pergi ke bidan kampung dan dirujuk ke Puskesmas Kedungdung Bangkalan.
“Sampai di puskesmas saya juga minta rujukan, ingin melahirkan secara operasi di Kota Bangkalan, saya dibawa ke ruang persalinan di belakang, namun saya bilang mau minta rujukan. Namun saya mau diperiksa dulu,” ungkap Mukarromah.
Selanjutnya mulai menit 02.09, Mukarromah mengatakan diberikan suntikan pendorong dan disuruh mengejan lagi.
“Terus saya tidak bisa, tidak kuat, akhirnya (bayi) patah badannya dan kepalanya di dalam (rahim),” tutur Mukarromah.
Suara pria kembali muncul dan menanyakan apakah badan bayi sempat ditarik sama bidan.
“Iya ditarik, saya tidak tahu soal dipotong apa enggak, tetapi itu ditarik, saya pernah lihat bidannya pegang gunting sambil ditarik,” jelas Mukarromah.
Konfirmasi atas video itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangkalan, Nur Chotibah mengungkapkan, pihaknya telah melakukan audit pada 8 Maret 2024 yang dihadiri dokter spesialis kandungan (SpOG) RSUD Syamrabu Bangkalan dan RS Glamour Surabaya, kepala puskesmas Kedungdung serta bidan, hingga Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
“Hasil audit tim yakni ada IUFD (intrauterine fetal death) atau bayi meninggal dalam kandungan kurang lebih 2 minggu. Umur kehamilan 45 minggu, lewat sekitar 4-5 minggu dari HPL (Hari Perkiraan Lahir),” ungkap Nur kepada wartawan, Senin (11/3/2024) malam.
Ia menjelaskan, ibu hamil itu datang ke Puskesmas Kedungdung pada 5 Maret 2024 dan menyarankan agar dirujuk ke rumah sakit karena sudah pembukaan empat. Rekam jejak komunikasi antara pihak puskesmas dengan RSUD Syamrabu masih disimpan.
Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, dari pembukaan empat langsung ke pembukaan enam dan langsung pembukaan lengkap.
Hal itu disebut Nur tergolong cepat, dari pembukaan empat ke pembukaan lengkap bahkan hingga muncul bagian terendah yang sudah nampak pada di jalan lahir.
“Maka ibu itu mendapat pertolongan, karena bayi sudah di jalan lahir. Di satu sisi kami sudah berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Posisi pantat bayi duluan, di samping itu tensi ibunya 180/100 disebut dengan istilah medis Pb atau keracunan kehamilan,” papar Nur.
Nur mengatakan, berat badan bayi saat itu 1kg karena memang bayi tidak mengalami perkembangan secara normal akibat ibu menderita Pb dan pihak dokter sudah menyatakan bahwa bayi itu IUFD selama dua minggu dalam kandungan.
“Kondisi bayi saat di luar, kulit sudah mengelupas semua karena sudah meninggal dalam kandungan. Memang ada dorongan sesuai teknis SOP, ibu mengejan secara pelan, kepala tertinggal karena IUFD, tidak ada pengaruh lain,” jelasnya.
Disinggung kronologis hingga kepala terpisah hingga tertinggal dalam rahim, Nur menjelaskan hal itu terjadi setelah proses pantat keluar dilanjutkan bahu keluar sesuai teknis SOP.
“Nah, di situlah lepas kepala karena, maaf, perkiraan kami sudah dua minggu meninggal di dalam kandungan, terjadi maserasi atau kulit-kulit sudah mengelupas dan tubuh rapuh,” pungkasnya. (*/fua/red)