[Iklan : RAJA SNACK & DAPUR CINTA]

BKKBN Jatim Ikuti Launching Genting di Kerawang Secara Virtual

BKKBN Jatim Launching Genting
Kepala BKKBN Jatim, Maria Ernawati memberikan keterangan pers soal program Genting pada saat launching, Kamis (5/12/204) sore. (Dok/HARUN)

Klik9.Com – Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur (Jatim) bersama stakeholder mengikuti launching program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) secara virtual, Kamis (5/12/2024) pagi di Gedung Lestari, Jalan Airlangga, Gubeng, Surabaya, Jawa Timur.

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/ BKKBN meresmikan Genting secara nasional. Yang terpusat di Desa Mulyasari, Kerawang, Jawa Barat. Sebanyak 32 provinsi termasuk BKKBN Jatim yang mengikuti jalannya launching Genting.

Saat memberikan sambutan langsung dari Kerawang, Menteri Wihaji menjelaskan, bahwa Genting ini gerakan bantuan bagi keluarga berisiko stunting. Melalui kepedulian para pihak sebagai orang tua asuh. Yang melaksanakan mitra dengan difasilitasi oleh petugas lapangan keluarga berencana (PLKB) atau kader BKKBN.

“Negara punya kewajiban, tetapi jangan semuanya digantungkan kepada negara. Masyarakat juga bisa terlibat sebagai orang tua asuh. Memilih memberi bantuan dalam bentuk nutrisi, atau non nutrisi. Rakyat hari ini butuh kehadiran kita bersama,” katanya.

Usai menyaksikan jalannya launching Genting, Kepala BKKBN Jatim, Maria Ernawati mengundang stakeholder untuk berdiskusi di ruang kerjanya.

Terlihat hadir dari unsur Pemkot Surabaya, di antaranya Baznas, Bangga Surabaya Peduli (BSP), Lurah dan Camat Gubeng. Serta donatur atau pihak swasta, salah satunya pengelola Hotel Ibis.

“Hari ini di Kerawang telah di-launching namanya Genting oleh Pak Menteri Kemendukbangga. Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting.”

Baca Juga  Proyek Jalan Rp 40 Miliar PUPR Digondol Pulang Surabaya

Clue-nya mencegah. Karena itu di Jawa Timur kami akan menyiapkan data keluarga-keluarga yang berisiko stunting. Tadi juga sudah disampaikan bahwa ini suatu gerakan bersama, kolaborasi semua sektor, semua pihak lah, multi pihak,” terang Erna, sapaannya saat doorstop.

Erna menambahkan, bahwa siapapun boleh menjadi orang tua asuh anak stunting, keluarga berisiko stunting. Dalam pemberian bantuannya ada dua macam. Yakni bisa melalui nutrisi dan non nutrisi.

Kalau nutrisi dengan pemberian makanan bergizi sampai dengan 1.000 hari pertama kehidupan. Jadi saat di kandungan 270 hari sampai keluar (lahir, red) 730 hari (sekira kurang dari 2 tahun, red).

Sedangkan non nutrisi, itu boleh jambanisasi, rumah layak huni, sanitasi, ventilasi, serta kelayakan air minum.

“Tadi berdiskusi (dengan perwakilan Pemkot Surabaya, red). Kalau mekanisme dan pola asuh sudah ada. Jadi yang kita diskusikan terkait sasaran dan apa yang menjadi donasi.”

“Kemudian kami di BKKBN juga sudah membangun dashboard. Untuk trust, kepercayaan kepada mitra kerja, ini loh hasil after dan before-nya,” jelasnya.

Kenapa Surabaya, menurut Erna, karena di Surabaya sudah ada mekanisme Genting. “Maka nanti kita akan berikan sosialisasi lagi kepada seluruh kabupaten/ kota di Jawa Timur untuk melakukan Genting,” katanya.

Kendati demikian, masih Erna, sebenarnya di Jawa Timur juga sudah ada embrionya. Tetapi belum terkoordinir dengan baik, sasarannya masing-masing, juga laporannya. “Nah nanti dengan adanya launching Genting ini, mudah-mudahan kita bisa kolaborasikan,” ujarnya.

Erna menuturkan, semua ingin generasi muda Indonesia nantinya unggul dan berkualitas. Tentu saja ini, bukan soal lembaga mana yang menangani. Tetapi ini adalah persoalan bersama-sama.

Baca Juga  Peserta Asesmen Apeksyindo Terima Pembekalan OSS dan UKK

“Mari kita entaskan anak-anak kita, sehingga menjadi anak-anak yang berkualitas mempunyai daya saing. Nah ini tidak hanya BKKBN, tidak hanya DP3AK, tidak hanya Baznas. Tapi insan media juga berperan ke sana,” tuturnya.

Sementara itu, Abdul Halim Wakil Ketua III Bagian Perencanaan dan Pelaporan Baznas Kota Surabaya, mengungkapkan mekanisme penyaluran di Baznas melalui UPZ, masing-masing di kecamatan ada UPZ.

“Maka dari itu, usulan-usulan yang ada di UPZ itu yang kita tampung. Lah selama ini yang kita lakukan dari mulai yang pra sampai yang stunting juga,” ungkapnya.

Masih Abdul Halim, bahwa pra itu ada perbaikan atau bedah rumah (tidak full, red). “Kalau di stunting itu biasanya ventilasinya kurang, maka kita perbaiki. Karena rata-rata, ngapunten ya, satu keluarga (petak rumah, red) itu biasanya ada beberapa KK. Karena di Surabaya itu, banyak kesiapan memiliki rumah itu juga kurang. Mungkin biayanya mahal,” ucapnya.

Kalau seumpama ada wanita hamil, maka pihaknya akan bekerja sama dengan DP3AK, dari TP PKK juga. Tetapi melalui UPZ. Tidak langsung melalui perorangan A, B.

“Sebab kalau membantu dinas kan kita tidak boleh. Karena zakat, maka kita salurkan melalui UPZ masing-masing dinas. Masing-masing kecamatan juga ada. Jadi usulan dari bawah, tidak dari perorangan.”

Baca Juga  Realisasi Penyaluran BLT Minyak Goreng di Surabaya Capai 72 Persen, Dirjen Kemensos Apresiasi Pemkot

“Di o-track (lacak, red) dari bawah, memang ini stunting, oh butuh ini. Maka kita akan lakukan melalui UPZ tersebut,” bebernya usai launching Genting BKKBN Jatim.

DP3AK Kota Surabaya, dalam kesempatan itu, Atiek Tri Arini Kabid Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera, menyebutkan angka stunting Surabaya di 1,6 paling rendah di Indonesia. Dan datanya di angka 205 anak stunting.

“Alhamdulillah dari bulan ke bulan mengalami penurunan. Karena berbagai upaya kita lakukan, intervensi-intervensi spesifik, bahwa satunya dengan nutrisi. Yang non nutrisi dengan intervensi sensitif. Tadi jambanisasi, rutilahu (rumah tidak layak huni), dan macam-macam,” jelasnya.

Untuk data berisiko stunting ia dapat dari PK24 (Pendataan Keluarga 2024, red) juga dari pendataan kader. “Itu sudah terpetakan melalui aplikasi Sayang Warga. Ada data ibu hamil, ibu nifas, data PUS (pasangan usia subur), data balita dengan pra stunting, stunting. Dan balita dengan gizi buruk dan sebagainya,” urainya.

Lanjut Atiek, bahwa tiap kecamatan, tiap kelurahan sudah punya data itu. Makanya mereka bisa mengajukan usulan ke Baznas ataupun beberapa perusahaan di wilayahnya masing-masing untuk melakukan intervensi.

“Kalau lokus stunting Surabaya di 153 kelurahan. Bukan semua, tapi ada kelurahan yang bebas stunting. Tetapi lokus penanganan stunting itu ada di 153 kelurahan. Karena kita bergeraknya di area pencegahan. Jangan sampai ada stunting baru,” pungkasnya. (adv/har)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Nanya?