Klik9Nine

Khazanah Khatulistiwa

NASIONAL

Migrasi TV Digital Tahap 1 Ditunda, Siaran Televisi di Jawa Timur Urung Mati Pletes

TV DIGITAL: Kadis Kominfo Jatim Hudiyono (mikrofon) saat rapat dengan KPID Jatim, Balai Monitoring Kelas 1 Surabaya dan MUX terkait kesiapan ASO tahap pertama di Jawa Timur, Sabtu (30/4/2022). (KS/IST)

SURABAYA, Klik9.com – Pelaksanaan analog switch off (ASO) migrasi tv analog ke digital di sembilan kabupaten wilayah Jawa Timur ditunda. Penundaan karena belum optimalnya penyediaan dan distribusi set top box (STB) gratis ke masyarakat kurang mampu yang masuk ASO tahap pertama tersebut.

Kepala Diskominfo Jatim Hudiyono mengatakan, Permen Kominfo RI No. 11 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penyiaran, sedianya ASO tahap pertama menyasar 116 kabupaten/kota secara nasional. Sembilan di wilayah Jawa Timur, yakni Sampang, Pamekasan, Sumenep, Banyuwangi, Jember, Lumajang, Bondowoso, Situbondo dan Pacitan. 

“Kemarin telah diumumkan penerapan ASO tahap pertama oleh menkominfo hanya di delapan kabupaten/kota di tiga provinsi, yakni NTT, Papua Barat dan Riau. Jadi untuk sembilan kabupaten di wilayah Jawa Timur ditunda,” kata Cak Hud, sapaan akrab Hudiyono, Sabtu (30/4/2022).

Ia juga mengungkapkan penundaan ASO tahap pertama hasil koordinasi dengan Sub Koordinator Perencanaan Infrastruktur Penyiaran Kemenkominfo Indra Siswoyo. “Salah satu alasan penundaan ASO karena bantuan penyediaan dan distribusi STB dari operator multiplexing (MUX) atau penyelenggara penyiaran untuk rumah tangga miskin di daerah yang masuk ASO 1 masih minim dan belum memenuhi target sasaran,” jelasnya. 

Berdasarkan data Kementerian Kominfo RI, total STB gratis di Jawa Timur pada ASO tahap pertama adalah sebanyak 379.814 unit STB. Penyaluran melalui Media Grup/Metro TV sebanyak 69.231 unit. Dari MNC Grup (MNC TV, RCTI, Global TV) menyalurkan sebanyak 143.006 unit STB. Dari SCM Grup (SCTV-Indosiar) menyalurkan sebanyak 138.995 unit STB. 

Baca Juga  Nasabah FIFGroup Wujudkan Mimpi lewat Pembiayaan

Dari ketiga grup MUX tersebut, distribusi bantuan STB menyasar rumah tangga di wilayah Sampang, Pamekasan, Sumenep, Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Pacitan. Sedangkan Trans Grup (Trans TV-Trans 7) menyalurkan 28.582 unit STB di wilayah Bondowoso, Jember dan Lumajang. 

Cak Hud mengungkapkan, hasil rapat Diskominfo Jatim dengan MUX/penyelenggara siaran digital bersama KPID Jatim dan Balai Monitoring Kelas 1 Surabaya, diketahui bahwa belum semua siap untuk membagikan STB gratis sesuai jadwal. Selain itu, juga masih ada beberapa multiplexer yang masih mengurus izin siaran digital, sehingga belum dapat menyelenggarakan penyiaran digital walaupun siaran analog sudah dihentikan. 

Kendati tahap pertama ditunda, ia meminta seluruh pihak MUX untuk segera mengoptimalkan distribusi STB. Selain itu, proses sosialisasi tentang migrasi tv analog ke digital, juga tetap dioptimalkan untuk mengurangi resistensi di masyarakat.

Sehari sebelumnya, Jumat (29/4) siang di Kantor Diskominfo Jatim, Jalan A Yani, Surabaya, terungkap bahwa untuk migrasi tv analog ke digital, nantinya tv analog sudah tidak bisa diakses lagi alias mati pletes.

Di Jawa Timur migrasi tv digital dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama sebagaimana disebutkan di atas, dijadwalkan 30 April lalu, namun terpaksa ditunda karena persiapannya kurang optimal. Tahap dua, 25 Agustus di 10 kabupaten/kota, dan tahap tiga tanggal 2 November di 19 kabupaten/kota.

Baca Juga  FISIP UWKS Gelar Visiting Professor Dorong Mahasiswa dan Dosen Ciptakan Poster Hasil Riset dengan Teori Sosial Era Digital

“Kalau nyalakan tv biasa, tv tabung atau tv yang lama-lama, sudah tidak ada lagi siaran televisi. Harus dikonversi alat yang namanya set top box. Tapi kalau ada yang memakai smart tv yang ada siaran digital, itu tidak perlu menambah set top box. Jadi kalau mati pletes, pasti,” tutur Cak Hud ditirukan ajudannya, Afrizal.

Lebih jauh, dikatakan per tanggal 2 November seluruh Jawa Timur sudah tidak ada lagi siaran tv analog yang pakai antena biasa. “Tv digital ini bedanya, gambar lebih bagus, tidak ada lagi semut-semutnya, suara lebih jernih, dan yang pasti lebih canggih. Yang kedua, gratis berbeda dengan tv berbayar walaupun kualitasnya sama,” tambahnya.

Untuk harga alat STB sekitar Rp150-200an ribu, bisa didapatkan di Pasar Genteng atau toko elektronik. Cara kerjanya tetap menggunakan antena biasa untuk menangkap sinyal lalu oleh alat ini dikonversi ke televisi analog untuk menampilkan gambar digital.

“Tv LED atau flat, tidak semua smart tv, tidak semua bisa menangkap siaran digital kecuali ada tanda/simbol dtv di kardusnya, itu baru bisa menangkap gelombang digital. Tapi kalau hanya smart tv, meski bisa nangkap siaran YouTube, belum tentu digital. Sehingga butuh alat STB,” terangnya.

Baca Juga  Kades Medali Mojokerto Lantik 3 Perangkat Baru

Kalau beli tv yang baru mahal, maka dia menyarankan tv lama diberi STB. “Untuk sinyal itu setiap daerah tetap ada titik-titik blank-spot, tetapi dengan digital akan lebih mudah, seperti di daerah pegunungan gelombang analog yang harus memakai antena yang sangat tinggi, itu tidak diperlukan lagi, cukup menggunakan antena biasa yang terhubung STB,” ucapnya.

Kecuali, sambung Afrizal, lembaga siarannya itu memang tidak melakukan siaran di daerah itu. “Masa peralihan tv analog ini pasti terjadi kebingungan di masyarakat, tetapi dari Pemprov Jatim bersama pemerintahan kabupaten/kota telah berkolaborasi, supaya ketika terjadi resistensi itu, masyarakat itu ada jawaban,” bebernya.

Ia mencontohkan, misalnya cara memasang STB itu tidak semua paham, terus bagaimana cara mencari channel, akses layanan informasi itu, kemarin sudah koordinasi pemerintah provinsi dengan kabupaten/kota. “Bahkan dengan pihak stasiun televisi, KPID Jawa Timur, Balai Monitoring Kemenkominfo, nanti ada Call Center. Kalau Pemprov Jatim ada 1500 117 (Bebas Pulsa), jadi kalau ada kendala bisa telepon di situ,” imbuhnya.

Terkait mekanisme penyaluran bantuan STB gratis dari kemenkominfo, diakui Afrizal, kalau warga yang menerima bantuan sosial dari Kemensos, yang akan dapat jatah set top box ini, atau MBR yang masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) kemensos. “Prosesnya pengirimannya dari  PT Pos (Indonesia),” pungkasnya. (kmf/har)

Visited 6 times, 1 visit(s) today

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page