Klik9.com – Suara terompet khas penjual cilok mulai terdengar saat Ibrohim keluar dari rumahnya di kawasan Jalan LB Moerdani, Distrik Tanah Miring, Merauke.
Genap 11 tahun sejak merantau dari Jember, Pakde Capil, biasa disapa tetap konsisten menjajakan makanan ringan khas Pulau Jawa tersebut.
Bagi Pakde Capil, tidak ada tanggal merah dalam kalendernya. Setiap siang, dia selalu keluar rumah menjajakan cilok biasa dan cilok tahu berbahan daging sapi itu.
Namun, Pakde Capil tidak pernah lama untuk bisa menghabiskan satu panci besar berisi cilok itu. Hanya butuh waktu dua jam dia sudah duduk santai bersama warga Jember lain yang tinggal di Merauke.
“Saya keluar rumah setelah Salat Dhuhur. Alhamdulillah langsung habis kurang dari waktu dua jam saja. Ya lewat dua tiga gang sudah habis,” kata Capil di rumah Satgas Kontingen Jatim, Rabu (22/9).
Pakde mengatakan, dulu sebelum pandemi Covid-19, dia mampu menghabiskan 15 kilogram daging dalam waktu 4 sampai 5 hari saja. Namun, sekarang belasan kilo itu baru habis selepas 10 hari.
“Akhirnya sekarang saya kurangi daging dari 15 kilogram menjadi 10 kilogram sekali belanja. Itu saja habis dalam waktu 6 hari. Turun drastis,” terang anggota Paguyuban Keluarga Jember (PKJ) itu.
Pakde Capil tinggal bersama istrinya. Sementara dua anaknya memilih tinggal di Jember. “Satu sudah nikah mas. Satu lagi masih menuntut ilmu di Ponpes Al Inaroh Jenggawah, Jember,” tegas dia.
Namun, hal itu tidak sedikitpun menyurutkan semangat pria 52 tahun tersebut. “Tetap syukur alhamdulillah. Sembari silaturahmi dengan keluarga Jember mas,” tandas dia.
Pakde Capil meyakinkan, jika dagangannya itu merupakan cilok paling enak di kawasan Tanah Miring. Komposisi daging yang tidak pelit hingga tahu dengan kualitas terbaik.
“Saya yakin cilok ini paling enak disini mas. Karena terasa daging dan bahan-bahannya,” pungkas pengasuh Taman Pendidikan Al quran (TPA), Al Ikhlas Jalan LB Moerdani itu. (fdn/haruneffendy)