GRESIK, Klik9.com – Sejarah Islam di Indonesia tak lepas dari sisi perjuangan Wali Songo dalam menegakkan syariat di bumi Nusantara. Salah satunya Syekh Maulana Malik Ibrahim, yang juga dikenal sebagai Sunan Gresik.
Tak bisa dipungkiri beliau merupakan guru dari wali yang lain. Tak hanya dari dalam negeri, muridnya juga berasal dari negeri lain seperti Cina. Kemampuan beliau meracik obat-obatan patut diduga bukti hubungan itu.
Hadirnya ajaran Islam di Indonesia membawa banyak perubahan yang positif terutama dari sisi spiritual, yang mana dahulu banyak orang menyembah pohon, gunung hingga makam yang dikeramatkan.
Selain spiritual, peradaban manusia juga berkembang pesat seiring berkembangnya Islam di Indonesia. Oleh karena itu, wajib hukumnya sebagai generasi muslim di Indonesia menghormati perjuangan para wali dalam menanamkan nilai-nilai luhur seorang muslim sejati.
Penghormatan itu bisa dimulai dengan menjaga kebersihan dan kesucian makam-makam para wali. Bersih dari sampah termasuk bersih, juga dari perbuatan syirik seperti membawa sesajen di makam waliyullah termasuk tidak meminta sesuatu kepada makam wali sekalipun.
Contoh kecil itu terlihat jelas saat awak media ini mengunjungi Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim, Kamis malam (28/4/2022) lalu. Di makam ini tampak bersih dan rapi. Hanya di luar berserakan material pembangunan selokan di jalan yang belum dirapikan petugas terkait.
Namun ada pemandangan berbeda, ketika datang beberapa tahun lalu, dengan mudah diketahui petugas makam dengan seragam putih-putih. Kali ini, susah dibedakan petugas jaga, atau memang terjadi perubahan pengelolaan. Pasalnya, hanya melihat seseorang duduk di tempat yang dulunya para petugas makam berjaga-jaga.
Menurut salah satu PKL yang berjualan di sekitar makam, dulu banyak petugas, tapi sekarang tidak tahu kenapa tidak ada. “Dulu juga yang sekarang jadi aula itu ada imam salatnya bapak tua, tidak tahu kok sekarang sudah tidak dipakai salat,” terang penjual pentol khas Gresik ini.
Beberapa hari sebelumnya, di dalam aula lantai 2 diketahui memang ada jejak-jejak di lantai kalau dulunya tempat ini dipakai masjid dengan bekas garis makmum, juga tempat wudhu. Tapi entah apa alasannya sudah tidak difungsikan lagi sebagai masjid. Sehingga kini terkesan kumuh karena tidak adanya petugas.
Padahal dari informasi yang tidak diketahui sumbernya secara pasti, sejak dulunya memang disamping makam ada masjid, atau surau. Hal ini untuk memudahkan para peziarah menunaikan salat. Bukan malah digunakan tiduran, sehingga mengurangi kesuciannya.
Sebetulnya bagi peziarah yang hendak bermalam itu bisa dialihkan ke penginapan/hotel sekitar. Di mana semakin dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi di sisi bisnis perhotelan. Sehingga kebersihan dan kesucian kompleks makam ini menjadi daya tarik tersendiri wisata religi.
Di sisi lain, budaya menyulut kembang api pada malam-malam ganjil di bulan suci Ramadan hendaknya dikikis, lantaran selain tidak ada keilmuannya, juga mengganggu kekhusyukan peziarah lain. Bukankah para syuhada ini hidup abadi di sisi Allah, sehingga mereka juga tahu apa yang dikerjakan yang masih hidup di dunia ini.
Ke depannya, menjaga kebersihan, kesucian, juga kekhidmatan area makam para wali, tak hanya yang ada di Gresik tetapi juga makam-makam wali yang lain adalah hal mutlak, agar orang tidak salah kaprah tentang bukti nyata perjuangan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Indonesia. (har)