Sapa Kolong Kampung 1001 Malam dan Tambak Wedi, Aliansi Wartawan Surabaya Kembali Bagikan Nasi Bungkus

Klik9.com | Aliansi Wartawan Surabaya (AWS) dengan agenda sosial “AWS Berbagi” kembali turun menyapa warga kurang beruntung sembari membagikan nasi bungkus selama masa pandemi Covid-19, Selasa (10/8/2021) kemarin di dua wilayah, yakni Kampung 1001 Malam dan Tambak Wedi, Surabaya.
Wartawan media daring, Rizky dan Roy Arudam kebagian tugas membagikan nasi bungkus ke warga yang menempati kolong jembatan tol di Jalan Tambak Asri. Sementara, rekan Amar Bachan dan Bambang bertandang ke kampung Tambak Wedi, yang mana masing-masing tim membagikan 50 bungkus nasi.

“Saya, trenyuh melihat kenyataan ini, ternyata mereka tinggal di tempat seperti ini (kolong jembatan tol). Apalagi di masa pandemi, pasti mereka membutuhkan uluran tangan (bantuan,red). Jujur saya ikut berdoa mudah-mudahan program AWS Berbagi ini bisa terus berkesinambungan, syukur-syukur ada donasi yang juga ikut peduli,” ucap Rizky sambil berjalan menghampiri para penghuni.
Hal serupa juga disampaikan Amar, pria yang duduk sebagai Sekretaris AWS tersebut, mengaku lega bisa datang sendiri dan memberikan bingkisan, untuk makan malam. “Semoga aksi ini bermanfaat buat mereka. Di masa sulit karena dampak Pandemi Covid-19 mereka butuh bantuan,” ucap Amar.

Kehadiran Tim AWS di pemukiman tepi sungai dengan atap bangunan jalan tol itu pun disambut gembira dan ucapan terima kasih, sambil mengulurkan tangan menerima nasi bungkus. “Terima kasih mas-mas dari AWS, semoga mendapat imbalan pahala yang setimpal,” kata Yuli, salah seorang penghuni kolong jembatan tol.
Perempuan yang belum terlalu tua itu kemudian bertutur saat AWS melontarkan sejumlah pertanyaan. Di antaranya, dia mengaku sejak kecil tinggal di tempat itu, hingga sekarang memiliki tiga anak, nomor satu dan dua duduk di sekolah dasar, dan yang nomor tiga masih balita.
Suaminya kuli bangunan, di masa pandemi ini praktis tak ada pekerjaan. Sementara, untuk kebutuhan sehari-hari Yuli berjualan berbagai jenis jajan rentengan di depan gubuknya, yang pastinya tidak layak disebut rumah tinggal.

“Ya, hanya ini yang saya andalkan (jualan jajan rentengan, yang digantung sekenanya). Sehari kadang mendapat 50 ribu kadang 70 ribu,” ucap Yuli yang mengaku asalnya dari Madura.
Suaminya, disebut kadang juga berusaha dengan mencari dan mengumpulkan barang bekas, kalau sudah banyak kemudian dijual, meski tidak bisa dipastikan bisa untuk menutupi kebutuhan dapur.
Ditanya apakah juga memiliki identitas kependudukan Surabaya, perempuan itu menggeleng. “Tidak, masih KTP Madura,” ucapnya pelan.
Lantaran, sudah gelap AWS pun memutuskan untuk mengakhiri obrolan, meski masih banyak keingintahuan yang perlu ditanyakan. Misalnya, bagaimana mereka mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, pasokan listrik dan sebagainya.
Pastinya, mereka bermukim di lokasi yang tak layak, ruangan sempit berbaur dengan berbagai perabot jauh dari syarat hidup normal. Selain soal kesehatan, jaminan keamanan menjadi pertaruhan.

Sekedar gambaran, untuk menuju Kampung 1001 Malam, kita harus menumpang perahu atau warga setempat menyebutnya ‘tambangan’. Berjalan pun harus menunduk, lantaran harus menyesuaikan dengan keberadaan bentuk dinding cor bangunan jalan tol. “Terima kasih untuk AWS, atas kepeduliannya,” tukas Yuli mengulang.
Terpisah, Ketua AWS Martudji mengaku akan terus melakukan aksi peduli itu menjadi bagian dari kegiatan organisasi. Dengan rencana ke depan dikombinasikan dengan membagikan pakaian layak pakai.
“Pertama, saya atas nama ketua dan juga pribadi mengucapkan terima kasih, rekan-rekan wartawan di Surabaya mau melakukan aksi sosial ini. Dan, sesuai hasil keputusan rapat, aksi AWS Peduli yang diketuai rekan Amar ini akan terus berlanjut, hingga ada keputusan perubahan. Termasuk, akan dikombinasi dengan membagikan pakaian layak, yang dikumpulkan dari internal AWS juga dari donatur. (*)






















