
BANGKALAN, Klik9.com – Puskesmas Kedungdung menggelar outbreak response immunization (ORI) atau imunisasi massal untuk menanggulangi kejadian luar biasa (KLB) penyakit menular campak di delapan desa wilayah kerja, sejak 3 September lalu, selama dua pekan.
ORI tersebut sebagai tindak lanjut atas temuan tiga balita suspek campak di wilayah Puskesmas Kedungdung. Selain juga wabah ini sedang melanda Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur.
Menurut dr Ratna Erianti Kepala Puskesmas. Pihaknya meningkatkan kewaspadaan dini lewat imunisasi massal campak ini, sekaligus upaya memutus rantai penularan.
Sebagai persiapan awal meliputi teknis dan logistik. Yakni melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya ORI campak. Kemudian gencar sosialisasi penyakit dan vaksin campak mulai tingkat keluarga, RT, RW dan beberapa kelompok organisasi masyarakat. Seperti kepada muslimat dan PKK.
Sosialisasi secara masif untuk meluruskan asumsi masyarakat tentang penolakan vaksin campak. Karena takut efek samping, seperti rewel, juga kurangnya kesadaran akan pentingnya imunisasi. Serta adanya pengaruh hoaks dan informasi yang salah terkait vaksin.
Maka dari itu, akibat tingginya penolakan, karena rendahnya kesadaran tersebut, berujung pada rendahnya cakupan imunisasi di wilayah Puskesmas Kedungdung.
Rendahnya cakupan imunisasi menjadi penyebab utama rapuhnya sistem imunisasi dan penyebaran cepat virus campak yang berujung pada timbulnya KLB, serta korban meninggal.
Karenanya puskesmas melakukan kampanye campak untuk memberikan edukasi kepada publik. Juga memberikan informasi yang benar tentang keamanan dan manfaat vaksin campak untuk mencegah penularan dan memperkuat kekebalan komunitas terutama pada saat KLB.
“Pembentukan tim kerja tenaga kesehatan (nakes) bekerja sama dan melakukan koordinasi lintas sektor bersama camat, aparat, kepala desa, tokoh masyarakat, kepala sekolah, organisasi masyarakat, dan lain-lain,” katanya, Senin (15/9/2025) kepada media ini.
Tim ini bergerak memberikan imunisasi campak di puskesmas induk, pustu, polindes, posyandu, dan juga ke sekolah-sekolah. Tidak puas dengan cakupan di pos saja, makanya tim terus mencari sasaran imunisasi dengan jemput bola. Yaitu melakukan sweeping dari rumah ke rumah hingga persentase cakupan mencapai 95%.
dr Ratna berharap capaian ORI ini menjadikan Puskesmas Kedungdung sehat, dapat membentuk kekebalan komunitas dan bebas dari KLB campak.
“Intinya, masyarakat jangan sampai menolak imunisasi rutin. Karena akan berdampak di kemudian hari. Seperti wabah campak ini,” tuturnya melalui Pesan WhatsApp.
Dia menegaskan, bahwa imunisasi rutin itu. Bukan berarti tidak bisa kena. Namun walaupun terkena atau terjangkit. “Tidak jatuh dalam kondisi yang parah,” tandasnya. (Harun)






















