Ngopi Bangga Kencana 2023 BKKBN Optimis Stunting Jatim Turun hingga 14 Persen

Stunting Jatim
STUNTING: Kaper BKKBN Jatim Maria Ernawati (ketiga dari kiri) di Jalan Kalasan, Surabaya, Selasa (19/12/2023) sore. (KS/CINTA)

Klik Sembilan Peduli

SURABAYA (Klik9.com) – Penyebab masalah stunting adalah multi faktor, tidak hanya kemiskinan. Hal ini terungkap pada “Ngopi Bangga Kencana 2023” di Jalan Kalasan, Surabaya, Selasa (19/12) sore 16.00 WIB.

Yakni Ngopi Pintar Bareng Kaper BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Jatim bekerja sama dengan organisasi kewartawanan Sindikat Wartawan Indonesia (SWI).

Tema yang diangkat adalah Peran Insan Pers dan Mahasiswa dalam Percepatan Penurunan Stunting di Jawa Timur. 

Baca Juga  Realisasi Penyaluran BLT Minyak Goreng di Surabaya Capai 72 Persen, Dirjen Kemensos Apresiasi Pemkot

Tak hanya kemiskinan, menurut Kaper BKKBN Maria Ernawati, bahwa tak hanya kemiskinan. Tetapi, faktor budaya, pola asuh, sanitasi. Ini juga berpengaruh menjadi faktor terjadinya stunting. 

“Kalau peran ulama, kami sudah menggandeng sejumlah ulama dengan sosialisasi-sosialisasi BKKBN. Ini juga sudah mulai ke pondok-pondok pesantren untuk memahamkan terutama kepada para santriwati.”

“Biar paham, biar dia punya perencanaan kepada masa depan keluarganya. Dan siap memenuhi fungsi-fungsi keluarga. Baik fungsi agama maupun reproduksinya, kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya,” katanya.

Dijelaskan Erna, untuk angka tinggi stunting di Jatim ada di Jember, Bondowoso dan Situbondo. Kalau yang terendah di Kota Surabaya hanya satu digit, yaitu 4,8 persen. 

Baca Juga  Dosen FK Unesa Bina 40 Kader Kesehatan di Blitar Cegah Stunting

“Kita doakan ada penurunan. Kalau melihat upaya-upaya pemerintah daerah yang luar biasa. Kemudian upaya dari perguruan tinggi termasuk wartawan. Ini saya optimis ada penurunan,” tuturnya. 

Sementara itu, untuk target penurunan tahun depan (2024) harus 14 %. Ibu gubernur menargetkan stunting Jatim di bawah angka 14 persen. Sementara saat ini masih 19,2 %.

“Kalau dalam keluarga itu faktor penyebab stunting karena kemiskinan. Itu bagaimana ada pemberdayaan ekonomi keluarga.”

“Kemudian diberikan pemahaman terkait nutrisi yang sederhana saja,” bebernya. 

Baca Juga  Terapi Pijat Urat dan Sangkal Putung Iskandar Pernah Tangani Dislokasi Tempurung Lutut hingga Stroke

Menurut Erna, apabila orang stunting itu, kalau sudah risiko stunting, maka yang paling bagus untuk meningkatkan gizinya adalah dengan nutrisi hewani.

“Nutrisi hewani di sekitar banyak yang terjangkau. Seperti lele, telur sehari satu itu untuk balita sehat,” tukasnya.

Turut hadir menjadi pembicara lainnya, yakni Ketua SWI Dedik Sugianto, Agus Purbo Widodo Waka Rektor UTS, Merlina Maria Dosen UWM dan tokoh pers Gatot Irawan.

Selain itu, juga hadir mengikuti jalannya acara, yakni puluhan wartawan dan mahasiswa. (cin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Nanya?