Klik9Nine

Khazanah Khatulistiwa

KULINER

Wahana Visi Indonesia Dorong UMKM Pulihkan Ekonomi di Masa Pandemi Covid19 secara Virtual

Tim Wahana Visi Indonesia saat melakukan pertemuan secara virtual dengan para pelaku UMKM dalam rangka menemukan solusi di tengah pandemi Covid19. (BM/IST)

SURABAYA (BM) – Selama masa pandemi Covid19 ini para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah mengalami penurunan pendapatan. Untuk dapat bertahan dan kembali pulih, UMKM dituntut jeli dalam memanfaatkan
peluang, inovatif, memperluas pasar, hingga memperbaiki kemasan produk.

Oleh karena itu, bersama rilis berita, Senin (21/9/2020), Wahana Visi Indonesia (WVI) bersama para akademisi menyediakan wadah konsultasi guna menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi para pelaku UMKM.

WVI mencatat hasil studi penilaian cepat Livelihood dampak Covid19 di Indonesia yang memperlihatkan, bahwa pandemi telah mempengaruhi perekonomian keluarga, terutama yang menggantungkan hidup di sektor
pertanian, juga sektor informal atau UMKM.

Studi itu dilakukan pada 900 rumah tangga di 251 desa/kelurahan
di 35 kabupaten/kota di sembilan provinsi dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Sebanyak 88,1% responden berdomisili di pedesaan. Selain itu, 68% responden bergerak di sektor pertanian dan 32% di sektor
informal/UMKM.

Hasilnya, sembilan dari 10 responden menyatakan sumber pendapatan mereka terdampak Covid-19, dengan rincian sebanyak 35% menyatakan pendapatannya turun 51 – 75 persen, kemudian 24%
menyatakan turun lebih dari 75 persen, dan 19% menyatakan penghasilannya turun 25-50 persen. Sisanya, 11 persen menyatakan perekonomiannya tidak terdampak.

Baca Juga  3.517 Wartawan Lolos Hasil Seleksi Fellowship Perubahan Perilaku

Selanjutnya, ruang konsultasi bagi pelaku UMKM lewat Zoom Meeting, yang terdiri dari sembilan seri, mulai 25 Agustus – 17 September 2020 sesuai dengan bidang-bidang UMKM, yakni batik, kerajinan tangan, hingga makanan.

Setiap serinya bakal dihadiri para pelaku UMKM di wilayah dampingan WVI di Surabaya, akademisi dari Unika Atma Jaya Jakarta, Universitas Ciputra Surabaya dan pelaku industri terkait.

GM WVI Zonal Jawa – Sumatera Johny Noya menyebutkan, dampak Covid19 pada sektor ekonomi secara langsung maupun tidak langsung memberi pengaruh terhadap tumbuh kembang anak, juga kesejahteraan anak.

“Dengan zoom series ini kami harap dapat memberi solusi. Kami percaya kita semua memiliki kekuatan untuk keluar dari krisis. UMKM merupakan pilar bagi bangsa, juga bagi keluarga, sehingga dengan semangat yang terus ada, UMKM akan kembali pulih,” ujar Johny, Kamis (18/9) lalu.

Sementara itu, hampir seluruh pelaku UMKM mengeluhkan penurunan pendapatan. Usaha batik misalnya, kain batik yang sudah diproduksi tidak bisa dijual karena tidak ada pameran dan banyak konsumen
yang menahan pengeluaran.

Baca Juga  Takjil Ramadan Momentum Bangkit Bisnis Kuliner Dapur Cinta

Dosen FEB Universitas Ciputra Marini Yunita Tanzil mengatakan, pandemi Covid-19 membawa dampak pada semua bisnis. “Namun, bisnis fashion saat ini beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan saat pandemi. Misalnya masker. Bagi yang bisa memafaatkan peluang ini, justru bisa mendapat pemasukan yang lebih tinggi daripada sebelum pandemi. Inovasi sangat penting dan dibutuhkan saat ini,” kata Marini.

Untuk pelaku UMKM di bidang makanan dan minuman, juga mengalami kesulitan. Namun, Sugiarti, guru sekaligus pelaku usaha katering di Kelurahan Bulak Banteng mengatakan, masih bisa bertahan. Bahkan, ia dapat membantu tetangga saat pandemi, dengan meminta bantuan mengantar pesanan menggunakan becak, becak motor, atau angkot.

“Para pelaku usaha makanan dan minuman sebenarnya masih dapat mencari pasar yang potensial. Di saat pandemi, konsumen akan mencari makanan/minuman yang kebersihannya terjamin, higienis, serta bisa diantar ke rumah, sehingga mereka tidak perlu keluar rumah. Karena itu,
kemasan dan layanan antar sangat penting,” timpal Bambang Sungkono, Dosen FEB Unika Atma Jaya.

Baca Juga  Ratusan Peserta Antusias Ikuti Festival Asesmen dan Terapi Psikologi

Usaha lain yang masih dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha, yakni menjadi reseller atau dropshipper. Sebab usaha ini hanya membutuhkan sedikit atau bahkan tanpa modal.

Seperti Yessi, pelaku UMKM dari Kelurahan Tambakrejo misalnya, menjual makanan ringan yang diambil dari temannya, lalu mengemasnya kembali dengan ukuran yang lebih kecil. Selain itu, Yessi juga berjualan masker lukis produksi temannya melalui aplikasi Meesho.

“Dengan menjadi reseller, modal saya tidak banyak. Kalaupun ada stok barang, itu kan bisa disimpan, sehingga tinggal menunggu barang terjual saja. Untuk menjadi reseller, yang paling penting adalah menjaga
kepercayaan supplier,” kata Yessi.

Head of Channel Reseller Wardah Kresna Dwipanugraha mengatakan, reseller harus tahu pasar yang dituju, juga memastikan infrastruktur yang memadai seperti ponsel pintar.

“Selain itu, reseller harus menentukan bagaimana cara penjualannya, apakah melalui media sosial, atau melalui market place. Dan tentu saja, harus gigih dan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan,” tutur Kresna. (run)

Visited 3 times, 1 visit(s) today

2 COMMENTS

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page