
SIDOARJO, Klik9.Com – Peminat merpati kupu-kupu juga datang dari kalangan akademisi. Salah satunya, Nur Wakhid Hidayatno SSn MSn. Dosen Seni Rupa Unesa ini menceritakan awal ketertarikannya kepada Klik9dotCom, Minggu siang (6/6/2021) kemarin.
Hadir dalam halal bihalal dan penjurian putaran kedelapan Kontes Merpati Kupu-kupu Nusantara atas nama peserta Tatag Triwibowo, Raya Suruh, Sukodono, Sidoarjo, Wakhid mengungkapkan perjalanan dirinya jatuh cinta kepada merpati kupu-kupu.
“Awalnya saya hobi ayam aduan. Tapi belakangan karena menurut saya itu sadis, meski binatang, tetapi juga pertarungan. Jadi saya berusaha mencari hobi yang lebih santai,” ujar warga Jugruk Rejosari, Kandangan, Benowo, Surabaya.
Upaya itu tidak mudah, lanjut Wakhid, karena ia kambuh lagi dan kambuh lagi kena pengaruh lingkungan, sementara dirinya ingin menjadi penganut agama yang baik.
Namun ia sudah bertekat untuk berganti hobi, sehingga mencoba menelusuri internet. “Mula-mula ikut teman dengan merpati hias impor. Tapi bosan karena menurut saya, burung seharusnya terbang. Dan saya ingin mencari burung yang bisa tembus awan,” terangnya.
Kembali berselancar internet, akhirnya Wakhid menemukan Komunitas Merpati Kupu-kupu Nusantara. “Awalnya grup ini belum terbentuk komunitas. Disebut kupu-kupu, karena merpati jenis ini gaya terbangnya pelan dan statis. Jadi, merpati kupu-kupu juga banyak jenisnya,” tambahnya.
Dari situ, Wakhid menonton video gaya terbang merpati kupu-kupu, lalu mencari bibit ke Candi, Sidoarjo sebanyak dua pasang remaja. “Saya juga mudik ke Bantul, Yogyakarta, daerah asal, untuk membeli 8 ekor secara acak. Lalu saya seleksi, yang saya tidak suka, terpaksa harus tega, saya sembelih,” tuturnya.
Sebagaimana hobi sebelumnya, Wakhid terus melakukan perbaikan turunan. Karena, tiap makhluk bernyawa itu sifatnya naik-turun. “Tidak ada yang lestari, meski ada standarnya. Inilah yang menarik, ada tantangan, ada nilai seni tersendiri. Karena itu, di komunitas ini diadakan kompetisi,” ucapnya.
Kembali ke belakang, Wakhid mengaku, kalau merpati bukan hal baru baginya. Sebab semasa kecil, dia sudah bermain merpati aduan. “Kalau di sini (Surabaya) dikenal merpati kentong, kalau di Madura merpati andugan. Di Bantul itu merpati tomprang, bedanya merpati dilepas terbang jauh, lalu turunnya ditarik ke betina, bukan ke kandang seperti model kentong,” ungkapnya.
Tetapi, saat ini di daerah kelahirannya sampai ke barat, ke Jakarta, yang populer balap kolong, yang mana, merpati harus masuk kotak saat turun balapan. “Ini yang populer saat ini, disamping harganya luar biasa,” timpal Wakhid.
Masih Wakhid, ia menyebutkan kalau setiap kabupaten/kota berbeda-beda aturannya. “Saya kalau usul, di komunitas ini, selain merpati tembus awan, juga ada penilaian tinggi bagi merpati yang mampu menghindari predator saat di udara,” paparnya.
Ditanya koleksi, ia menjelaskan kalau ada 15 ekor merpati kupu-kupu aktif (siap terbang), dua pasang breeding (pemuliaan ternak, yakni proses anakan untuk mendapatkan kualitas terbang terbaik,red), dan ada beberapa pasang yang sedang dibongkar pasangan untuk mencari pasangan terbaik.
“Breeding dilakukan rekayasa untuk mendapatkan anakan yang baik kualitasnya, mempunyai gaya terbang yang indah,” pungkasnya. (wan)