
SIDOARJO, Klik9.Com – Dibalik perlombaan Kontes Merpati Kupu-kupu Nusantara 2021, Minggu kemarin (30/5) sore di RT5/RW4 Dusun Karangnongko, Karangpuri, Wonoayu, Sidoarjo, tersimpan kisah sejarah dan makna menjaga tali silaturahmi yang diajarkan turun-temurun.
Menurut penuturan Ketua Komunitas Merpati Kupu-kupu Nusantara, Mochamat Zaini mengatakan bahwa zaman dahulu para ulama itu kalau berkunjung ke kerabat maupun sahabat, juga sesama kyai, tak jarang saling membawa cinderamata berupa sepasang burung merpati.

“Nah, dari situ, dengan sendirinya, lama kelamaan akan terjalin hubungan tali silaturahmi, tersambung antar sesama, karena merpati juga bisa difungsikan untuk mengantarkan surat, atau pesan,” cerita Zaini.
Sedangkan untuk jenis merpati kupu-kupu itu, lanjut Zaini, zaman penjajahan Belanda juga digunakan untuk pertanda bagi rakyat terutama para petani agar segera menyembunyikan hasil panen.

“Saat Belanda datang, masyarakat menerbangkan merpati kupu-kupu ke angkasa, sehingga rakyat segera menyembunyikan harta, maupun hasil panen, agar tidak dirampas penjajah,” kisahnya.
Memasuki tahun ketiga, kontes merpati kupu-kupu ini terus mendapat apresiasi dari pecinta jenis merpati yang juga disebut merpati cito tersebut, khas dengan jambulnya.
“Apresiasi tidak hanya dari masyarakat Sidoarjo, tetapi luar kota bahkan luar negeri. Ada dari Lumajang, Surabaya, Jember, Probolinggo, Kebumen Jawa Tengah, bahkan dari Eropa saat ini juga berburu unggas asli Indonesia ini,” tambahnya.
Untuk itu, Zaini berharap ada partisipasi pemerintah ke depannya, turut melestarikan tradisi nenek moyang tersebut. “Bantuan pemerintah bisa berupa dana, maupun administrasi dan payung hukum, pengakuan dalam setiap kegiatan, sehingga bisa semakin dikenal masyarakat, terutama juga bantuan akses untuk ekspor merpati pesanan luar negeri,” tuturnya.
Saat ajang digelar, masih Zaini, maka peserta, atau tuan rumah, umumnya juga menggelar acara, seperti jamuan makan bagi juri dan tetangga sekitar. “Inilah makna silaturahmi itu tumbuh dari setiap ajang merpati kupu-kupu,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Alfinurudin, peserta nomor undian ketujuh, yang kali ini mendapatkan giliran penjurian mengaku senang bisa ikut kontes merpati kupu-kupu.
“Terlepas siapa yang nantinya juara, namun di sini yang menjadi nilai luhur adalah terjalinnya hubungan silaturahmi, terutama bagi warga sekitar. Ini yang perlu kita lestarikan budaya nenek moyang kita,” katanya.

Benar adanya, dari pantauan media, Alfinurudin selalu tuan rumah telah menyiapkan tenda dan kursi pesta, juga jamuan makanan bak acara resmi, dengan varian prasmanan khas masakan Jawa.
“Yang hadir juga tetangga sekitar. Saya senang bisa kumpul-kumpul dengan masyarakat. Selain menyaksikan penilaian merpati, juga bisa menjaga silaturahmi,” sambungnya.
Selaku sponsor, Direktur Auto Unika Mekanik, Tatag Triwibowo menuturkan, dulu dirinya sempat mencari tahu hingga ke Madura, hal ihwal merpati kupu-kupu ini, namun ternyata disuruh balik Sidoarjo.
“Saya sempat cari tahu ke Madura, tapi ternyata endemik unggas ini ada di Sidoarjo. Saya sangat tertarik karena terkandung nilai sejarah dan makna menjalin silaturahmi tersebut,” ucapnya.
Untuk kisaran harga per pasang merpati kupu-kupu saat ini, antara Rp750 ribu hingga Rp4,2 juta. “Ke depannya, diharapkan dukungan pemerintah dapat menjadikan ajang ini semakin mendunia,” pungkas Tatag, biasa disapa. (har)