
Klik9.Com, Jakarta – Aksi pengeboman yang dilakukan angkatan bersenjata Israel dalam serangan, Sabtu hingga Minggu (16/5/2021) dinihari, terhadap bangunan kantor Al Jazeera dan Associated Press (AP) di Gaza, Palestina, mendapat kecaman dari berbagai pihak.
Organisasi perusahaan media siber yang berkantor pusat di Jakarta, Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) menilai tindakan militer Israel tersebut sebagai perbuatan barbar, seperti ketika manusia belum mengenal hukum dan aturan.

“Tidak pantas tentara Israel melakukan perbuatan barbar di zaman yang sudah modern ini. Jangan biarkan tindakan barbar tentara Israel,” kata Ketua Umum SMSI Firdaus didampingi Sekjen M Nasir dalam keterangan pers di Jakarta, siang tadi.
Firdaus sangat menyayangkan aksi brutal angkatan bersenjata Israel tersebut. Apalagi bangunan tersebut tidak hanya disewa oleh Al Jazeera dan AP, melainkan bangunan tersebut menampung berbagai kantor berita di dalamnya.

Sementara itu, dari data terakhir yang didapat kantor berita Reuters, total ada 149 korban jiwa manusia di Palestina, 41 di antaranya adalah anak-anak yang mayoritas berada di wilayah Gaza.
Sedangkan, Israel sendiri baru melaporkan ada 10 warga mereka yang meninggal, termasuk dua anak-anak.
Hari ini, Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengagendakan menggelar pertemuan yang membahas situasi Israel dan Palestina. Ini akan menjadi pertemuan ketiga DK PBB soal isu kedua negara.
Sebelumnya, DK PBB sempat mencoba untuk mengeluarkan resolusi, atau pernyataan bersama terkait pertempuran Israel – Palestina pada Kamis (13/5) lalu. Namun, upaya itu mendapat pertentangan dari Amerika yang menganggap rancangan DK PBB ‘kontra-produktif’.
Selain itu, Amerika juga ingin mengupayakan langkah diplomasi langsung ke Palestina dan Israel terlebih dahulu. Dan, akhirnya disepakati rapat yang digelar hari Minggu ini.
Sejauh ini, langkah diplomasi yang dilakukan Amerika sejak hari Jumat (14/5) belum membuahkan hasil. Ketegangan antara Palestina dan Israel, terburuk sejak 2014, tetap saja meningkat dengan indikasi gencatan senjata belum tampak. Hal inilah yang nantinya akan dibahas di DK PBB.
Tantangan ke depan, dari apapun hasil rapat DK PBB soal de-eskalasi adalah milisi Palestina, Hamas. Mereka berperan besar dalam pertempuran dengan Israel.
Kebanyakan negara, terutama negara Barat, tidak memiliki kontak dengan organisasi tersebut, yang mereka cap sebagai kelompok teroris. Di sisi lain, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, tidak punya pengaruh besar ke Hamas. (red)