
SURABAYA, Klik9.Com – Wacana mengenai libur sekolah selama bulan Ramadan menimbulkan pro dan kontra. Menanggapi hal tersebut, DPRD Kota Surabaya menyatakan bahwa penerapan kebijakan ini tidak akan mudah.
Akmarawita Kadir, Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya, menyampaikan bahwa meskipun kebijakan ini memiliki banyak manfaat, jika terealisasi penerapannya akan menghadapi tantangan. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang multikultural.
“Kita kan banyak agama, jadi yang Muslim banyak beribadah. Sekolah bisa menyesuaikan kegiatan agama dan memperbanyaknya. Kalau kita liburkan, akan menimbulkan masalah baru. Peningkatan kegiatan agama bisa dikontrol di sekolah. Sementara yang beragama lain bisa tetap masuk dan bersekolah seperti biasa,” jelas Akmarawita, melansir rri.co.id.
Selain itu, jika meliburkan siswa bisa mempunyai efek lain yang juga memicu perilaku anak tidak terkontrol. Menurutnya kegiatan keagamaan selama Ramadan tetap bisa melakukan melalui sekolah.
“Meningkatkan kualitas etika, dengan adanya media sosial yang begitu besar, menyebabkan kualitas etika anak-anak kita sedikit terganggu. Meningkatkan kegiatan keagamaan, kalau kita liburkan, akan timbul masalah baru. Kegiatan keagamaan bisa terkontrol di sekolah, sementara yang beragama lain juga bisa tetap beraktivitas di sekolah,” lanjutnya.
Terkait dengan wacana wali kota yang menyebutkan siswa bisa belajar di pondok pesantren, Akmarawita juga mempunyai alternatif lain. Ia menyarankan agar tenaga pengajar dari pondok pesantren di datangkan untuk memberikan pelajaran agama.
“Kalau di pondok, kan harus ada izin dari orang tua. Atau bisa juga memediasi, misalnya pengajar dari pondok datang ke sekolah. Itu juga bisa jadi solusi. Jadi, bisa saja di balik. Nanti membuatkan kurikulum, misalnya Senin untuk apa, Selasa untuk apa. Dengan begitu, agama lain juga bisa tetap menjalankan aktivitas di sekolah seperti biasa,” tegasnya.
Meski hingga saat ini belum ada petunjuk resmi dari Kementerian Kementrian Pendidikan Menengah dan Dasar mengenai libur sekolah selama bulan puasa, wacana ini juga mendapat perhatian dari berbagai pihak, terutama orang tua. Sebagian orang tua menyatakan dukungannya, namun tak sedikit pula yang menunjukkan ketidaksetujuan.
“Saya kurang setuju ya kalau libur karena nanti anak-anak malah jadi lebih sering bermain gadget. Lebih baik tetap ada aktivitas sih di sekolah,” ujar Lita, salah satu wali murid sekolah dasar di Surabaya. (*/red)